Quran, Kalam Illahi

Bagi saya, Quran bukanlah produk pikiran. Terutama produk pikiran Nabi Muhammad. Saat nabi Muhammad melahirkan lantunan ayat-ayat dalam Quran, Nabi Muhammad dalam kondisi meluap akan cintanya kepada Sang Pemilik Semesta. Dalam bahasa modern adalah sedang ‘trance’ atau overflowed. Luapan karena cinta itulah yang menjadikan Quran sebagai Kalam Illahi – atau suara Tuhan.

Apabila Quran sebagai produk pikiran maka Quran hanya menjadi sumber aturan yang mengatur apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Namun Quran melampaui semua hal tersebut.

Saya mengatakan bahwa Quran merupakan Kalam Illahi, yaitu untaian nada (firman) yang tidak lahir dari pikiran dan tidak diperuntukkan bagi pikiran.

Bagi saya ini adalah kunci utama: Ia yang tidak lahir dari pikiran, maka ia tidak diperuntukkan bagi pikiran.

Salah kaprah dan kerancuan terjadi karena memperlakukan Quran diperuntukkan bagi pikiran. Untuk memuaskan pikiran, mencari pembenaran pikiran. Bahkan membaca Quran dengan pikiran.

Sehingga apabila Quran dibaca dengan pikiran, maka ia akan diteliti dengan pikiran. Apabila ia diteliti dengan pikiran maka akan banyak terjadi argumentasi dikarenakan pikiran akan selalu mencari perbandingan logis atas segala sesuatu.

Nah, bagaimana Quran menjadi bahan yang logis, lha wong asalnya saja bukan dari pikiran! Bagi saya Quran itu nggak logis sama sekali!

Apabila Anda masih mencari logisnya Quran, mencari benar salahnya, mengatakan bahwa susunan tata bahasanya kebalik-balik, artinya Anda masih memandang Quran dari sudut pikiran.

Quran tidak dapat dipandang dari sudut pikiran karena ia tidak berasal dari pikiran. Apabila Anda mengukur dan memandang dari sudut pikiran, maka akan lahir tolok ukur pikiran, yaitu logis, masuk akal, ilmiah, terbukti, ada hasilnya dan serangkaian ukuran logika lainnya.

Bagi saya, bahkan dalam membaca Quran sekalipun jangan pikiran yang membaca. Apabila pikiran yang membaca maka Anda akan mencari arti dari sudut kata dan kalimatnya. Bahkan yang dikatakan tafsir Quran sekalipun adalah produk pikiran dari si penafsir itu sendiri. Para ahli tasfir tersebut lupa bahwa Quran tidak dapat ditafsirkan.

Kenapa Quran tidak dapat ditafsirkan? Karena ia adalah Kalam Illahi – Firman Allah – Sabda Tuhan. Yaitu sesuatu yang melampaui pikiran itu sendiri.

Bagaimana menempatkan Quran sebagai Kalam Illahi?

Bacalah Quran dengan penuh perasaan, tanpa Anda harus tahu artinya (mengartikan adalah pekerjaan pikiran dan bila Anda mengartikan akan terjadi pemilahan. Terjadi pemisahan dan perbedaan)

Bahkan orang Arab sendiripun belum tentu tahu arti kalimat yang tersusun dalam Quran. Karena Quran memang bukan bahasa Arab. Bukan bahasa Verbal. Quran adalah nada Illahi.

Bacalah Quran tanpa harus diartikan. Mengapa demikian? Karena apabila Anda membaca Quran tanpa Anda artikan, maka pikiran Anda akan bingung, dan suatu waktu pikiran akan berhenti menilai kalimat-kalimat Quran itu sendiri. Saat pikiran berhenti menilai maka Tuhan atau Kalam Illahi itu akan bekerja untuk Anda.

Saat pikiran Anda masih aktif, ia menjadi benteng tersendiri yang membatasi Tuhan untuk bekerja bagi Anda.

Dan ketika Anda membaca Quran dengan pikiran Anda, sekali lagi maka yang terjadi adalah pencarian bukti-bukti logis dan pembenaran tentang benar dan salah.

Mengapa Anda marah ketika dikatakan bahwa Quran itu tidak logis? Bagi saya jelas bahwa Quran itu tidak logis! Ya karena ia berasal dari sesuatu yang melampaui pikiran  maka ia tidak logis. Allah itu tidak logis, melampaui logika. Kejadian dalam kehidupan itu tidak logis. Bila Quran menjadi kitab  yang sangat logis maka saya malah curiga, jangan-jangan Quran adalah produk pikiran.

Cobalah sesuatu yang baru, yaitu membaca Quran sebagai Kalam Illahi, sebagai Firman Allah. Caranya adalah, bacalah Quran dengan penuh perasaan. Singkirkan logika Anda. Singkirkan pikiran Anda yang mencoba mencari tahu arti dan tafsirnya.

Saat Anda menyingkirkan logika Anda dalam membaca Quran maka Anda akan diguyuri pengetahuan tak terhingga yang datang dari area non logika dimana bahasa kerennya adalah area the infinite intelligence.

Anda akan mengetahui jalan keluar setiap masalah yang Anda hadapi dengan sendirinya, dan memaknai hidup Anda sebenar-benarnya.

Perpecahan, pemisahan, perbedaan, pertentangan, permusuhan, yang terjadi selama ini adalah karena manusia sedang melogikakan apa yang dinamakan kitab suci apapun itu.  Yang satu mengatakan kitab ini tidak logis, yang satu mengatakan kitab itu tidak logis, yang lain mengatakan kitab sana tidak masuk akal. Selama pikiran yang melihat kitab suci, maka yang terjadi adalah ukuran-ukuran logis pikiran itu sendiri.

Keindahan Quran hanya dapat dirasakan apabila kita menyingkirkan pikiran saat membacanya, saat mendengarnya. Dan dengan begitu kita dapat mengalir menyertai setiap nada ayat-ayatnya. Bahkan kita menjadi satu dengan setiap lantunan yang tercipta. Dan di sana kita terhubung dengan Tuhan Semesta alam, sesuatu diluar logika manapun juga.